SAYURAN
Sabtu, 22 Oktober 2011
Posted by pertanian in SAYURAN
PANDUAN MENANAM SAYUR
Bil | Jenis sayuran | Contoh |
1 | daun | bayam, sawi bunga, sawi putih, kobis dan kangkung |
2 | kekacang | kacang botor/kelisa, kacang buncis, kacang tanah dan kacang panjang |
3 | buah | bendi, cili, kundur, terung, petola, timun, tomato |
3 | akar / umbisi | halia, lobak putih, lobak merah, ubi keledek, ubi sengkuang, keladi |
saliran lampau sehingga kandungan air tidak mencukupi untuk keperluan tanaman.Tanah
ini tidak mempunyai struktur yang boleh memegang tumbuhan dan kurang daya penahan air
dan pH tanah jenis ini adalah antara 4.3 hingga 5.8.
saliran yang baik, menyimpan nutrient, kelembapan yang sederhana dan tidak terlalu berasid.
PENANAMAN PADI MODERN
Posted by pertanian in PADI MODERN
Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang.
Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.
Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:
a) Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.
b) Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.
Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan, (Tabel 2). Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional.
Tabel 2. Komoditas yang layak dikembangkan dengan sistem pertanian organik
No. Kategori Komoditi
- Tanaman Pangan Padi
- Hortikultura Sayuran: brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih, kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka, durian, salak, mangga, jeruk dan manggis.
- Perkebunan Kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi.
- Rempah dan obat Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya.
- Peternakan Susu, telur dan daging
Pertanian organik
Jumat, 21 Oktober 2011
Posted by pertanian in pertanian organik
Pertanian organik
didefinisikan sebagai ’sistem pengurusan pengeluaran makanan holistik, yang menggalakkan dan meningkatkan kesihatan ekosistem pertanian, termasuk kepelbagaian bio, pusingan biologikal dan aktiviti biologikal tanah. Ia menekankan penggunaan amalan pengurusan dalam mengutamakan penggunaan input luar ladang, dengan mengambil kira keadaan wilayah yang memerlukan penggunaan sistem tempatan. Ini boleh dilakukan dengan menggunakan seberapa yang boleh, agronomi, kaedah mekanikal dan biologikal, bertentangan terhadap penggunaan bahan sintetik, untuk memenuhi sebarang fungsi khusus dalam sistem.” (FAO/WHO Codex Alimentarius Commission).
Melalui kaedah holistik semula jadi, pertanian organik menyatukan kepelbagaian bio liar, kepelbagaian bio pertanian dan pemuliharaan tanah, dan membawa pertanian satu langkah ke hadapan dengan menghapuskanbaja kimia, racun makhluk perosak dan organisme ubah suai genetik (GMO), yang bukan hanya memperbaiki kesihatan manusia, tetapi juga flora dan fauna yang berkait dengan ladang dan alam sekitarnya. Pertanian organik menguatkan struktur tanah, memelihara air dan memastikan pemuliharaan dan penggunaan mapan kepelbagaian bio.
Pencemaran pertanian seperti baja bukan organik, racun rumpai dan racun makhluk perosak daripada pertanian konvesional adalah menjadi kebimbangan utama di seluruh dunia. Eutrophication, tumbuhan dan binatang akuatik menjadi lemas akibat pertumbuhan algae yang cepat, dirujuk sebagai ‘algae blooms’, membunuh tasik, sungai dan air. Penggunaan berterusan racun rumpai dan racun makhluk perosak boleh melangkaui sasaran rumpai dan serangga apabila diperkenalkan dalam alam sekitar akuatik. Bahan kimia ini berkumpul dalam rantaian makanan di mana pemangsa pada bahagian paling atas sering mengambil dos toksik.
Pertanian organik mengembalikan keseimbangan alam sekitar dan tidak mempunyai kesan yang merosakkan ke atas alam sekitar (IFOAM). Untuk bahan organik apa yang kita perlukan ialah baja yang baik. Persoalan yang sering ditanya ialah di mana untuk kita mendapatkan baja yang banyak ini. Jawapannya terletak dalam kompos. Sebahagian besar sisa organik daripada pertanian serta sisa pasar dengan mudah boleh ditukarkan kepada baja, tanpa kos pelaburan yang besar. Ini menggalakkan industri bagi kompos berasaskan tempatan. Semburan dedaun organik serta semburan penghalau serangga juga boleh disediakan pada peringkat tempatan. Ia juga boleh menghasilkan peluang untuk sebahagian besar belia dan wanita di luar bandar. Kerajaan membelanjakan wang yang besar terhadap perbelanjaan perubatan apabila menumpukan kepada makanan yang sihat boleh menjadi jawapannya. ‘Mencegah lebih baik dari mengubati’ dan dasar kerajaan terhadap pertanian perlu disesuaikan untuk menggalakkan serta melindungi pertanian organik.
Synopsis buah - buahan
Posted by pertanian in Buah - buahan
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Bercocok Tanaman cabe merah
Posted by pertanian in TANAMAN CABE
1. Penyiapan Bibit Cabe
- Pilih bibit cabe yang unggul (hybrid)
- Penyediaan polybag
- Bibit direndam dalam air yang sudah diberi obat jamur, kemudian pilih bibit yang tenggelam.
- Polybag diisi dgn campuran tanah organik,dan pupuk kandang
- setelah siap masukan bibit pada polybag
2. Penyiapan lahan tanam cabe
- Tanah dibuat bedengan dengan lebar 115cm, tinggi 45-50 cm
- pada tanah diberi pupuk KCL
- pemindahan bibit (setelah umur bibit 21 hari) ke lahan bedengan, sebaiknya dilakukan pagi hari hingga pukul 10 atau sore hari pukul 14.30, agar bibit tidak stress akibat sengatan sinar matahari.
3. Pemeliharaan Tanaman
- Pemupukan pertama setelah tanaman berumur 8 hari, dengan menggunakan NPK dan ZA, yang dilarutkan dalam air. dengan cara dikocorkan. Pemberian dengan interval 5 hari sekali sampai 5 kali.
- Tunas-tunas yang muncul pada pangkal batang dibuang
- Pengobatan pertama dilakukan pada tanaman, setelah berumur 15 hari dengan antibiotik (mis,Agrimicin), dengan cara dikocorkan. Pemberian dengan interval 2 minggu sekali.
- Pada saat pohon dewasa (+- 2 bln) atau setelah petik pertama, dilakukan pemupukan dengan menggunakan ZA,TSP,KCL dan organik, dengan komposisi 1:2:1:1 yang dicampur jadi satu, dengan jarak 15 cm dari pohon, dengan dosis 30 gram/pohon. atau NPK dan KNO2 dengan dicampur dalam air, pemberian dengan sistem kocor, 12 hari sekali, atau setiap 4x petik.
USAHA PERTANIAN JERUK
Posted by pertanian in pertanian jeruk
Jeruk merupakan salah satu jenis komoditas hortikultura yang banyak disukai masyarakat. Sebagai bahan pelengkap utama dalam penunjang gizi keluarga, rasanya segar dan banyak mengandung vitamin C dan vitamin A. Karena banyak disukai dan pemasarannya cukup baik, maka upaya pengembangan jeruk ini menjanjikan keuntungan bagi petani.Tanaman jeruk termasuk tanaman yang peka terhadap penyakit, dan daerah-daerah sentra produksi jeruk di Indonesia pernah mengalami kegoncangan dengan adanya serangan hama CVPD. Usahatani merehabilitasi jeruk ini telah dilakukan, baik secara swadaya petani maupun dengan bantuan dana stimulasi dari dana proyek.Kunci keberhasilan dalam merehabilitasi usahatani jeruk terletak pada ketetapan pemilihan bibit. Bibit yang digunakan harus bibit yang baik dan bebas penyakit yang berasal dari perbanyakan klonal tunggal. Syarat bibit Jeruk yang baik adalah sebagai berikut:
- Tidak mengandung penyakit atau bebas CVPD
- Berasal dari penangkaran yang dikontrol oleh petugas BPSB dan entresnya dari BPMT jeruk.
- Pertumbuhan visualnya baik dan subur serta sehat.
- Berasal dari batang atas yang mempunyai produksi tinggi dan batang bawah dengan perakaran luas dan kuat.
Kesalahan dalam pemilihan bibit, dampaknya akan terlihat setelah selang beberapa waktu. Dampaknya akan dirasakan oleh baik petani itu sendiri maupun bagi masyarakat disekitarnya yang berusaha tani jeruk. Bibit jeruk bebas penyakit yang dibudidayakan akan memberikan hasil sesuai dengan yang diinginkan jika kondisi lingkungan yang diinginkannya terpenuhi. Kondisi lingkungan yang diinginkan diperoleh dengan cara:
- Pengaturan jarak tanam
- Pemupukan
- Pengairan dan Pengendalian gulma
- Pemangkasan
- serta Pengendalian Hama dan Penyakit
Jarak tanam diatur agar cahaya cukup tersedia bagi pertumbuhan tanaman dan tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan cahaya matahari dan unsur hara tanaman.
Jarak tanam rapat akhir-akhir ini dianjurkan karena jeruk telah berproduksi pada umur 3-4 tahun, saat ini tajuk belum maksimum. Menjelang tajuk maksimum umur 10 thn tanaman dapat menghasilkan 5-6 X panen secara penuh. Dengan cara demikian produksinya akan lebih tinggi dan keuntungan akan lebih banyak. Jarak tanam yang dianjurkan 5X5 m, 4X4 m, atau 4X5 m.
Pemupukan
Pemupukan sangat perlu dilakukan karena kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman terbatas, dan pada setia periode umur tanaman jeruk banyak menguras ketersediaan hara tanah.
Jarak jeruk membutuhkan pupuk organik (pupuk kandang/kompos) dan pupuk anorganik (urea, TSP, dan KCL). Pupuk organik dibutuhkan untuk meningkatkan humus didalam tanah sehingga tanah yang padat dapat diubah menjadi remah/gembur. Sedangkan pupuk anorganik diperlukan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dosis dan jenis pupuk yang digunakan dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel. Dosis pemupukan anjutran sementara tanaman jeruk
Umur (th) | Pukan (Kg/ph) | Urea (gr/ph) | SP-36 (gr/ph) | ZK (gr/ph) |
1 | 20 | 200 | 25 | 100 |
2 | 40 | 400 | 50 | 200 |
3 | 60 | 600 | 75 | 300 |
4 | 80 | 800 | 100 | 400 |
5 | 100 | 1000 | 125 | 500 |
6 | 120 | 1200 | 150 | 600 |
7 | 140 | 1400 | 175 | 700 |
8 | 160 | 1600 | 200 | 800 |
>8 | 200 | 1800-2000 | 200 | 800 |
Waktu dan Cara Pemberian
Untuk tanaman yang belum berbuah, pemupukan dilakukan 2 X setahun pada awal akhir musim hujan, masing-masing 1/2 dosis yang ditentukan. Sedang untuk tanaman yang sudah berbuah pemupukan dilakukan 3 X setahun.
Pemupukan pertama dilakukan sebelum bunga muncul, sebanyak 2/5 bagian dari dosis pertahunnya. Pemupukan kedua pada saat pemasakan buah sebanyak 1/5 bagian. Sisanya diberikan pada pemupukan ketiga, beberapa saat setelah panen.
Penyiangan dan Perbaikan Drainase Kebun
Penyiangan gulma disekitar pokok tanaman dan gulma epipit yang sering menumpang pada tanaman dilakukan secara berkala. Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan secara manual dengan sangat hati-hati. Jika terlalu dalam penyiangan gulma disekililing pokok tanaman akan merusak perakaran dan jika kurang hati-hati mengendalikan epipit, tanaman akan patah dan terluka. Bagi kebun yang sering kelebihan air perlu diatur drainase pembuangan air, agar saat musim hujan kebun tidak tergenang, kalau sering tergenang akan mengakitkan berkembangnya cendawan akar dan gulma akan lebih panjang. Sealiknya kalau kebun berada pada daerah kering perlu dibantu dengan pemberian air melalui penyiraman parit-parit atau secara penyiraman langsung.
Pemangkasan, Penjarangan Buah.
Pemangkasan dilakukan untuk membentuk pohon agar tumbuh simestris, tajuk yang tumbuh simestris dapat menangkap sinar matahari secara efisien.
Pemangkasan dilakukan sejak tanaman masih kecil agar pembentukan tajuk terarah dan terkendali, kemudian pemangkasn dilanjutkan lagi agar cabang-cabang tumbuh simetris.
Pemangkasan dilakukan untuk membuang tunas-tunas liar dan ranting-ranting yang tumbuh mengarah kedalam tajuk pohon. Disamping itu pemangkasan dimaksudkan untuk membuang ranting-ranting yang mati dan terserang penyakit, terutama sekali adanya gejala terserang CVPD.
Batasi pemangkasan untuk tujuan-tujuan tertentu saja. Pemangkasan yang tidak perlu benar janga dilakukan, karena akan melemahkan pohon. Setiap luka bekas pemangkasan sebaiknya diolesi dengan cat agar air bersama spora cendawan tidak mudah meresap kedalam tanaman.
Buah pertama sebaiknya dibuang. jika ingin memelihara sebaiknya cukup 40% saja. Pembuangan buah pertama ini dimaksudkan untuk mempersiapkan pohon agar benar-benar kuat pada musim berikutnya . Tanaman muda yang dibiarkan berbuah lebat akan menjadi lemah sehingga akan mudah terserang hama dan penyakit.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala utama dalam peningkatan produksi jeruk baik kualitas maupun kuantitas. Pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit mutlak diperlukan untuk menekan kerusakan dan kerugian yang ditimbulkannya.
Strategi pengendalian dan pengelolaan hama dan penyakit tanaman jeruk yang tepat perlu diterapkan baik pada pembibitan dan tanaman dewasa dilapangan.
Bibit bebas penyakit yang dibudidayakan bukanlah berarti bibit yang tahan terhadap penyakit. Kondisi lingkungan dimana bibit ini dibudidayakan sangat mempengaruhi bibit ini untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk itu upaya pengendalian hama dan penyakit mutlak dilakukan agar bibit yang bebas penyakit ini dapat berproduksi sesuai dengan yang diharapkan.
Pengenalan hama dan penyakit serta gejala serangannya adalah sangat penting untuk menentukan strategi pengendaliannya yang tepat. Kekeliruan identifikasi jenis OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang menyerang tanaman jeruk serta pengenalan gejala serangan berakit pada kekeliruan strategi pengendalian sehingga akan berdampak negatif.
Dalam melakukan identifikasi/pengenalan dan pengendalian hama dan penyakit jeruk, diharapkan petani dapat berkonsultasi dengan petugas dilapangan
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Posted by pertanian in benih padi
A.Benih
Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal benih yang disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100, atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan atau kebutuhan per ha benih padi sawah non hibrida 25 kg/ha (non SRI)
B.Perendaman Benih
Sebelum disemai benih padi diseleksi dengan perendaman air plus garam, benih padi yang mengambang dibuang. Benih padi yang sudah bersih direndam dengan POC NASA plus Hormonik dan air, dosis 2 cc/lt air selama 6-12 jam. Tiriskan dan masukkan karung goni, Selanjutnya diperam menggunakan daun pisang atau karung plastik dan ditutup rapat selama 1 – 2 malam hingga benih berkecambah serentak.
C.Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Tebarkan Benih yang sudah berkecambah secara merata di bedeng persemaian, persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 3 – 5 cm. Setelah bibit berumur 7-10 hari dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan POC NASA dengan dosis 2 tutup/tangki.
D. Pemindahan benih
Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 15-20 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan penyakit. Semakin muda bibit yang dipindah akan semakin baik dan menghasilkan jumlah anakan yang banyak.
F. Pemupukan
Pemupukan seperti pada tabel berikut, dosis pupuk sesuai dengan hasil panen yang diinginkan. Semua pupuk makro dicampur dan disebarkan merata ke lahan sesuai dosis.
Khusus penggunaan Hormonik bisa dicampurkan dengan POC NASA kemudian disemprotkan ( 3-4 tutup NASA + 1 tutup HORMONIK /tangki ). Hasil akan bervariasi tergantung jenis varietas, kondisi dan jenis tanah, serangan hama dan penyakit tanaman.
TABEL PENGGUNAAN POC NASA DAN SUPERNASA
Waktu Aplikasi | |||||
Jenis Pupuk | Olah Tanah (kg) | 14 hari ( kg ) | 30 hari ( kg ) | 45 hari ( kg ) | 60 hari ( kg ) |
Urea | 36,5 | 9 | 9 | 9 | 9 |
ZA | 3,5 | 1 | 1 | 1 | 1 |
SP-36 | 6,5 | 1,5 | 1,5 | 1,5 | 1,5 |
KCl | 20 | 5 | 5 | 5 | 5 |
Dolomit | 13 | 3 | 3 | 3 | 3 |
SPR NASA | 2 botol ( siram) | 2 botol ( siram) | - | - | - |
Catatan : Dosis produksi padi 1,2 – 1,7 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen |
Waktu Aplikasi | |||||
Jenis Pupuk | Olah Tanah (kg) | 10–14 hari ( kg ) | 25–28 hari ( kg ) | 42–45 hari ( kg ) | |
Urea | 12 | 6 | 6 | 6 | |
SP-36 | 10 | 50 | - | - | |
KCl | - | - | 7 | 8 | |
SPR NASA | 1 botol (siram) | 5 | 5 | 5 | |
POC NASA | - | 4-5 ttp/tgk (semprot) | 4-5 ttp/tgk (semprot) | 4-5 ttp/tgk (semprot) | |
Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen |
Waktu Aplikasi | |||||
Jenis Pupuk | Olah Tanah (kg) | 10–14 hari ( kg ) | 25–28 hari ( kg ) | 42–45 hari ( kg ) | |
Urea | 10 | 4,5 | 4 | 4 | |
SP-36 | 11,5 | - | - | - | |
KCL | - | - | 5 | 6,5 | |
POC NASA | 20-40 ttp (siram) | 4-8 ttp/tgk (semprot) | 4-8 ttp/tgk (semprot) | 4-8 ttp/tgk (semprot) | |
HORMONIK | - | - | 1 ttp/tgk campur NASA | 1 ttp/tgk campur NASA | |
Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2 Gabah Kering Panen |
1. Pemberian SUPER NASA dengan cara dilarutkan dalam air secukupnya kemudian disiramkan ( hanya disiramkan) atau dicampur merata dengan pupuk dasar dan ditaburkan ke sawah dengan merata.
2. Jika dengan POC NASA dicampur air secukupnya bisa disiramkan atau disemprotkan.
3. Khusus SP-36 bisa dilarutkan SUPER NASA atau POC NASA, sedang pupuk makro lainnya disebar secara merata.
G. PENGOLAHAN LAHAN RINGAN
Dilakukan pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu membuang gas beracun dan menyerap oksigen.
H. PENYIANGAN
Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4 minggu, 35 dan 55. Khusus wilayah yang mengalami kesulitan tenaga kerja maka penyiangan dilakukan dengan memanfaatkan Herbisida selektif, disemprotkan pada umur 15-21 HST
I. PENGAIRAN
Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.
J. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
· Hama putih (Nymphula depunctalis)
Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi. Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2) menggunakan BVR atau Pestona · ·Padi Thrips (Thrips oryzae)
Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi. Pengendalian: BVR atau Pestona.
· Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penyemprotan BVR
· Walang sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan BVR atau PESTONA
· Kepik hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan BVR atau PESTONA
· Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama “sundep” dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut “beluk”. Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; (2) menggunakan BVR atau PESTONA
· Hama tikus (Rattus argentiventer)
Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic).
· Burung
Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.
· Penyakit Bercak daun coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae.
Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat + POC NASA, pemupukan berimbang, tanam padi tahan penyakit ini.
· Penyakit Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk.
Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2) pemberian GLIO di awal tanam
· Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit (2) pemberian GLIO pada saat pembentukan anakan
· Penyakit Fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih + POC NASA dan disebari GLIO di lahan
·Penyakit kresek/hawar daun
Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2) pengendalian diawal dengan GLIO
· Penyakit kerdil
Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector dengan BVR atau PESTONA.
· Penyakit tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan BVR.
K. PANEN DAN PASCA PANEN
·Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan tangkainya menunduk
· Alat yang digunakan ketam atau sabit
· Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan perontok mesin atau tenaga manusia
· Usahakan kehilangan hasil panen seminimal mungkin
· Dilakukan pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari
· Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari kulit bijin
Bale Pare tampil di Gelar TTG Nasional ke XIII
Posted by pertanian in bale pare
Alat Fermentasi Pupuk Organik Cair KSPO Bale Pare Karawang yang akan ditampilkan pada Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat Nasional ke XIII di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Pertanian Organik
Sabtu, 15 Oktober 2011
Posted by pertanian in pertanian organik
PO berbasis pada keseimbangan ekosistem. Konsekuensinya semua organisme yang ada (termasuk hama) dipandang ikut berperan dalam proses keseimbangan tersebut. Dengan kata lain, tidak ada mahluk hidup yang tidak berguna. Yang diperlukan adalah mengendalikan hama/penyakit supaya tidak berada dalam jumlah berlebihan.