Petani Keluhkan Harga Karet

SBY Minta Pemda Perhatikan Karet

SADAP KARET: Presiden SBY didampingi istri Ani Yudhoyono dan Gubernur HBA beserta istri saat nyadap perdana karet di Desa Niaso, Muarojambi.
JAMBI - Di hadapan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan para pejabat negara, petani kemarin mengeluhkan harga karet. Menurutnya, saat ini harga karet tidak stabil di pasaran.
‘’Pada kesempatan ini, saya mengharapkan agar pemerintah bisa menstabilkan harga karetnya,’’ ungkap petani karet, H Dahlan Hamid didepan presiden kemarin saat penyadapan karet perdana di Desa Niaso, Kabupaten Muarojambi.
Selain itu, dia juga mengharapkan adanya bantuan pemerintah. Karena saat ini saat mengolah lahan tidak lagi dibakar sebagaimana yang diharapkan pemerintah. Tetapi permasalahannya, petani saat ini tidak dapat menanam palawija. Sehingga menjelang karetnya bisa disadap.
‘’Tanahnya tidak subur, jika dibakar tanah subur dan bisa menanam palawija sebagai pengahasilan tambahan, sebelumnya kalau dibakar tanah subur. Sehingga ketika menanam palawija akan tumbuh subur,’’ ujarnya.
Mendengar keluhan petani ini, Presiden meminta kepada Menteri Pertanian dan pihak-pihak terkait untuk bisa memikirkannya solusinya. Dan Presiden minta agar dilaporkan hasilnya. Selain itu, Presiden berharap kepada semua pihak yang terkait, termasuk Bupati dan Gubernur, untuk mengupayakan agar hasil perkebunan rakyat dapat meningkat. Karena perkebunan karet rakyat setiap hektare saat ini hanya dapat menghasilkan 800 kg/hektare/tahun. Sedangkan perkebunan yang dikelola perusahaan bisa menghasilkan dua ton setiap hektar/tahun.
‘’Kedepan bagaimana perkebunan karet rakyat bisa lebih dari 800 kg/hektare/tahun, setidaknya 1000, hingga 1000 kg lebih setiap hektare/tahunnya,’’ tegasnya.
Disamping itu, Presiden juga meminta agar tata niaganya juga diperbaiki. Sehingga harga yang peroleh petani bisa baik.
‘’Bagi yang memproses memerlukan biaya, tetapi agar adil, adil bagi petani, adil bagi perusahaan yang memproses lebih lanjut, sehingga dengan demikian semuanya mendapat keuntungan yang lebih baik,’’ tegasnya.
Presiden menyampaikan harapannya, agar harga karet tetap setabil, dengan demikian penghasilan petani akan semakin baik. Karena menurut Presiden, harga komoditi tidak selalu bisa diatasi oleh pemerintah, tetapi pemerintah selalu mencari solusi untuk mengatasinya.
“Saya punya pengalaman, dimana saat harga karet turun Ibu Ani selalu mendapat SMS dari berbagai daerah, yang meminta agar pemerintah bisa menaikkan harga keret, dan Ibu selalu menyampaikan kepada saya, tetapi ketika harga karet naik tidak satupun yang SMS, namun selaku orang tua, dengan kenyataan ini tetap bersyukur, ketika keluarga besarnya mendapat rezeki yang halal,” jelas Presiden.
Presiden, juga menyampaikan perkebunan karet di Jambi seperlima dari luas perkebunan karet nasional atau 600 ribu hektare lebih, dari 3,4 juta hektar perkebunan karet di Indonesia.
Sehubungan dengan itu Presiden minta kepada Gubernur dan Bupati/Walikota, agar memperhatikan industri pengolahan karet di Jambi, jangan sampai kurang, karena ini dapat merugikan petani. Agar ini ditata dengan baik.
‘’Kalau saat ini ada 11 dan masih mungkin ditambah tiga lagi, ini agar diperhatikan, dengan demikian akan menjadi lebih baik, harap Presiden. Presiden juga berjanji melalui Menteri Pertanian akan menambah anggaran bidang perkebunan karet, khususnya untuk Provinsi Jambi,’’ tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi, Ir Tagor Mulia Nasution, berharap program ini bisa menjadi gerakan nasional (gernas) seperti kakau yang dilaksanakan di Indonesia Timur. Sedangkan disinggung harapannya dengan dilakukannya penyadapan perdana oleh Presiden, Tagor menyampaikan, agar rakyat bisa kembali bersemangat mengembangkan perkebunan karet di Jambi.
''Ini sebagaimana yang pernah terjadi 100 tahun yang lalu, Jambi menjadi penghasil karet terbesar, ini sebagai wujud penyuluhan dari seorang kepala negara,'' ujarnya.
Terlebih lagi, bila petani menanam bibit unggul, maka pendapatannya akan tinggi dan akan mengungkit pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi. Untuk pengembangan perkebunan karet di Jambi, menurut Kadis Perkebunan Provinsi Jambi, saat ini lebih kurang ada 650 ribu hektare. Dari luasan itu masih ada lebih kurang 120 ribu hektare terdiri dari kebun karet tua milik rakyat, sehingga produktivitasnya rendah.